Selasa, 10 Februari 2009

Yahudi di Pentas Dunia (bagian 2)

Kenapa Yahudi memilih Palestina?
Bani Israil tersebar ke berbagai negeri. Dimanapun ia bercokol, akan bikin masalah, sehingga tidak pernah disukai oleh orang disekitarnya. Tetapi kelicikannya tidak pernah mati, ia terus melakukan lobi, hingga akhirnya berhasil melobi kerajaan Inggris untuk meminta kepada Khalifah Islam Turki Utsman sejengkal tanah di Palestina untuk didiami orang Yahudi (Orang Yahudi sebelum merampas tanah Palestina tidak punya negara). Namun sang Khalifah menolak permintaan tersebut, bahkan ia meludahinya dan berkata; “saya tidak akan pernah memberikan sejengkal pun tanah kaum Muslimin kepada orang Yahudi.

Setelah khilafah Islamiyah runtuh, dan wilayah-wilayah Islam (salah satunya adalah bumi Palestina) jatuh ke tangan penjajah. Inggris yang menjajah Palestina memberikan izin kepada orang-orang Yahudi untuk tinggal dan bermukim di tanah Palestina. Maka sejak itu, orang Yahudi menghentikan langkahnya, dan menancapkan kakinya di atas tanah hadiah dari penjajah. Dengan sifat yahudinya yang diwariskan turun temurun, dan gerakan zionisnya, ia mencaplok tanah ummat Islam sedikit demi sedikit dan membangun kekuasaan besar. Dari sejengkal tanah pemberian raja Inggris, kini hampir seluruh tanah Palestina telah dirampas dan dimilikinya.
Berdiamnya orang yahudi di tanah Palestina, bukan sebatas faktor kebetulan karena mendapatkan hadiah dari raja Inggris, tetapi merupakan cita-cita kaum Yahudi untuk merebut tanah suci yang di atasnya berdiri mesjid Aqsa. Mereka sangat agresif menguasai Palestina karena suatu asumsi dan keyakinan.
Pertama, Orang Yahudi menganggap dirinya keturunan Bani Israil dari Ya’qub a.s. Memang tanah suci al-Quds dulunya dikuasai oleh Nabi Ya’qub dan keturunannya (Bani Israil). Tetapi apakah ada hubungannya ?. Sesungguhnya tidak ada hubungan sama sekali antara Israil sekarang yang zionis dan templar dengan Israil-Ya’qub yang merupakan salah seorang Nabi Allah yang beragama Islam. Justru ummat Islamlah yang memiliki hubungan dengan Israil-Ya’qub karena memiliki keyakinan yang sama, keyakinan kepada Pengesaan Allah swt. Itulah sebabnya ketika Rasulullah melihat orang yahudi Madinah melakukan puasa asyura, beliau mengatakan aku yang lebih berhak mengikuti ajaran Nabi Musa daripada kalian.
Kedua, Ingin mengembalikan kerajaan Musa, Sulaeman dan Daud. Keinginan mereka sebatas emosional etnis, tidak ada hubungannya dengan agama. Karena Musa, Sulaeman dan Daud, adalah para Nabi Allah dan pemimpin serta penguasa yang melaksanakan ajaran Islam. Kalau mereka ingin meneruskan ajaran Nabi Musa, Nabi Sulaeman dan Nabi Daud, seharusnya mereka mengikuti ajaran yang dibawah Nabi Muhammad saw, tetapi itu tidak mungkin. Mereka menolak kenabian Muhammad karena berasal dari keturunan bani Ismail dan bukan dari keturunannya. Yang mereka ingin bangun bukanlah kerajaan Nabi Musa, Sulaeman dan Daus a.s. tetapi melanjutkan kedzaliman nenek moyangnya Samiri, Jalut atau Jabbarin.
Ketiga, keyakinan mereka bahwa kerajaan Sulaeman tepat berada di tanah berdirinya mesjid Al-Aqsha, sehingga mereka ingin meruntuhkan mesjid Al-Aqsha dan membangun Sinagog Sulaeman. Apa yang dinyatakannya itu hanyalah bualan semata, untuk mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat dunia.
Menurut Ikrimah Said Sabri, khatib Mesjid Al-Aqsha; sinagog Sulaeman bukan hal yang disucikan oleh orang Yahudi, karena mereka hanya menganggab Sulaeman sebagai raja, bukan sebagai Nabi. Ini tentu berbeda dengan keyakinan Ummat Islam yang mempercayai Sulaiman sebagai Nabi Allah. Sebab itu, tujuan sesungguhnya kenapa mereka menggali terowongan di bawah mesjid Al-Aqsha adalah menghancurkannya dan memutuskan hubungan kaum Muslimin dengan Palestina. Mereka menilai bahwa keberadaan mesjid Al-Aqshalah yang membuat kaum Muslimin mengingat Palestina dan tidak bisa melupakannya. Padahal, lanjut ikrimah penghancuran mesjid Al-Aqsha tidak mempengaruhi kesucian tempat itu, sebab yang suci adalah tempatnya bukan batunya.
Satu-satunya hubungan dengan bani Israil fujur, adalah kefujuran dan keangkuhan berjalan di atas bumi Allah. Mereka mewarisi pendahulunya dalam kekejaman, kedzaliman, dan kedustaan. Sebab itu Israil tidak punya hak (haram) untuk menguasai tanah suci Palestina dan Baitul Maqdis. Dan ummat Islam berkewajiban mengusirnya.

Tanah Suci hanya dipimpin oleh orang yang mentauhidkan Allah
Allah swt telah menetapkan Palestina, tanah tempat berdirinya mesjid Al-Quds sebagai bukatun mubarakah (tanah yang suci). Sebagaimana dalam firmannya :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِي
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Q.S. Al-Isra : 1

وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِي
Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia

Dengan berdasar kepada Al-Quran, hadits dan data sejarah, kesucian wilayah Al-Quds dapat dilihat dari beberapa aspek ;
• Tanah tempat berdirinya mesjid Aqsa, mesjid yang dibangun oleh Nabi Adam a.s., mesjid mi’rajnya Nabi Muhammad saw, kiblat pernama ummat Islam.
• Baitul Muqaddas selamanya dijaga oleh pemimpin dan penguasa yang taat kepada Allah, dan jika jatuh ke tangan orang yang jahat maka Allah senantiasa mengirimkan orang-orang yang berjuang membebaskannya.
• Negara dengan kesuburan tanahnya serta sungai-sungainya yang mengalir melengkapi kesuburannya.
• Tempat dimakamkannya para Nabi dan orang-orang shaleh.

Tanah Palestina tanah suci ummat Islam. Allahlah yang menetapkannya sebagai tanah suci, maka Allah pula yang menjaga kesuciannya. Sebagai tanah yang suci, Allah tidak membiarkannya jatuh ke tangan penguasa yang berlumur dosa, bermandikan kemaksiatan, dan berbangga dengan kemungkaran-kemungkaran.
Allah swt mengutus pemimpin dan penguasa yang mengatur masyarakatnya dengan sistem dan hukum Allah. Ia sentantiasa dijaga oleh manusia terbaik pilihan Allah di setiap zamannya. Dipimpin oleh para Nabi, orang-orang shaleh, dan orang-orang bertaqwa dengan kepemimpinan yang berkesinambungan.
Allah swt berfirman
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلا هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِين وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh* Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah, Q.S. Al-Anbiya : 72

Ibrahim diutus oleh Allah sebagai nabi dan sekaligus pemimpin yang memerintah negeri Syam. Beliau adalah seorang Nabi yang Muslim, pemimpin negeri Syam yang menerapkan hukum Islam, kenabian dan kepemimpinannya diemban dengan sukses menjaga tanah suci al-Quds dan mengarahkan masyarakatnya untuk mentauhidkan Allah. Setelah beliau wafat diteruskan oleh anaknya Ishaq. Setelah Ishaq a.s., tongkat kepimpinan dilanjutkan oleh anaknya Ya’qub a.s.
Dalam kepemimpinan Nabi Sulaeman a.s., Palestina berkembang pesat. Kemukjizatan yang dimiliki Nabi Sulaeman memudahkannya untuk mengatur kaumnya, dan mengembangankan peradaban Islam di masanya. Kerajaannya disegani, rajanya ditakuti. Ekspansi da’wahnya hingga ke dataran Yaman, menundukkan ratu Balqis untuk sujud di hadapatan Tuhan Yang Tunggal. Setelah Nabi Sulaeman, digantikan oleh Nabi Daud a.s. Nabi Daud a.s. melanjukan tongkat estafet kemimpinan yang berasaskan ketauhidan.
Demikian pula kehadiran Nabi Musa a.s., dan Nabi Isa a.s., keduanya membawa visi-misi perjuangan da’wah yang sama menegakkan kalimatullah, kalimat ketauhidan, kalimanat la ilaha illallah, kalimat yang harus terus menerus bergema di sudut-sudut kota quds. Keduanya mengemban tugas kerasulan untuk menerapkan hukum Allah di tengah-tengah kaumnya.
Oleh karena itu, jelas bahwa baitul Muqaddas sepanjang sejarahnya berada di bawah pemerintahan dan hukum Islam, dan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin Muslim. Maka sungguh Baitul Muqaddas haram dimiliki oleh siapa pun yang tidak beriman kepada Allah. dan Allah swt akan senantiasa menjaga kesucian baitul Muqaddas dari tangan-tangan yang berlumuran dosa dan kedurhakaan. Allah akan menjaga dari hegemoni manusia-manusia penentang hukumNya. Itulah sebabnya, di saat masyarakatnya lalai dari ajaran Islam, sehingga kepempimpinan diambil alih oleh orang kafir (jabbarin), Allah mengutus manusia pilihan untuk membebaskan dari cengkeramannya.

Pembebasan Baitul Muqaddas

Setiap dekade atau fase pergantian zaman, maka akan terganti pula kepemimpinan peradaban. Gelombang peradaban manusia akan mengalami pasang surut. Demikian pula peradaban manusia yang dibangung di atas nilai-nilai ilahiyah akan mendapatkan teror dan gempuran hebat dari barisan pengikut iblis di sepanjang perjalanannya, ini adalah keniscayaan. Musuh utama peradaban ilahiyah tidak akan pernah tertutup mata dan tipuannya untuk bisa tampil menjadi pemenang dan memegang tampuk hegemoni manusia.
Tetapi dalam setiap tahapan zaman, Allah swt tidak pernah membiarkan hambanya terbawa perahu Iblis sehingga terombang-ambing di atas lautan fujur. Allah swt akan mengutus manusia pilihan yang menyelamatkan dan mengeluarkan dari barisan Iblis. Mungkin inilah salah satu maksud hadits Nabi saw bahwa ; Allah swt akan mengutus di setiap seratus tahunnya, orang (pilihan) yang akan melakukan pembaharuan dalam agamanya.
Ketika Palestina dirampas oleh manusia durjana, Allah mengutus manusia pilihan untuk mengembalikan tanah suci dari kenistaan manusia penyembah iblis. Setiap kali terjadi pergeseran kepemimpinan dan jatuh ke tangan orang-orang fujur, jatuh kepangkuan pelaku kemusyrikan, maka Allah swt akan mengutus manusia pilihanNya untuk melakukan pembebasan dari cengkeraman para musuh Allah.
Ketika Nabi Ya’qub a.s. pemimpin bumi Palestina hijrah ke Mesir atas permintaan anaknya Nabi Yusuh a.s. dan akibat musibah kelaparan yang sangat, bumi Palestina lambat laun diselimuti kegelapan. Tanah suci yang disucikan Allah diambil alih oleh kelompok jabbarin. Maka Allah mengutus manusia pilihannya untuk melakukan pembebasan. Allah swt mengutus Nabi Musa dengan memberangkatkannya dari Mesir, dengan terlebih dahulu membebaskan kaum lemah dari perbudakan raja dzalim Mesir. Dari mesir beliau kemudian menaklukkan raja dzalim dan membebaskan dari tangannya.
Demikian pula Allah mengutus Thalut sebagai raja untuk memimpin perang melawan penguasa dzalim Jalut. Bersama Thalut, Daud a.s. yang kelak menjadi bagian dari biji mata rantai pemimpin peradaban ilahiyah.
Setelah sekian lama bumi Palestina tenggelam dalam kubangan imperialisme romawi. Allah menunjuk Umar bin Khattab r.a. untuk tampil ke permukaan menjadi Thalut kedua yang memimpin pasukan untuk membebaskan bumi Palestina. Khalifah Umar bin Khattab (638 M) berhasil membebaskan Palestina dari dari kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) sampai abad ke-11 M, Tanah suci pun dibersihkan dari ceceran darah kotor kaum imperialis. Palestina berada di bawah pemerintahan Islam dan merupakan kawasan yang tertib dan damai. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Islam hidup bersama.Setelah pembebasan dilakukan, rakyat Palestina menyambutnya dengan suka cita.
Namun kedamaian itu seolah lenyap ditelan bumi begitu Tentara Salib datang melakukan invasi.
Adalah Paus Urbanus II, membakar semangat salibisme kaum kristen untuk berperang melawan ummat Islam dan merebut tanah Palestina. Pada tahun tahun 1096, perang melawan kaum Muslimin diumumkan secara resmi oleh Takhta Suci Roma. Paus juga mengirim surat ke semua raja di seluruh Eropa untuk ikut serta. Mereka dijanjikan kejayaan, kesejahteraan, emas, dan tanah di Palestina, serta surga bagi para ksatria yang mau berperang. Bumi Palestina kembali terkoyak, darah syuhada kembali mengalir.
Perang Arab-Islam dengan Eropa-Kristen tak terelakkan. Ini merupakan perang idiologi terlama sepanjang sejarah ummat manusia. Berlangsung selama beberapa dasawarsa, dari tahun 1096 sampai dengan tahun 1270. Perang salib bisa disebut sebagai babak kedua perang Thabuk pada tahun ke-8 H.
Tetapi disaat pasukan salibis ingin menikmati imperialismenya di bumi Palestina, Allah mengutus hamba pilihanNya untuk menjadi Thalut ketiga yang memimpin pembebasan tanah Palestina dari cengkeraman kaum salibis. Dialah Shalahuddin Al-Ayyubi.
Tantangan pertama yang dihadapi Shalahuddin adalah perpecahan ummat Islam yang terbelah ke dalam dua kubu, yaitu Dinasti Fathimiyah di Kairo (bermazhab Syiâah) dan Dinasti Seljuk yang berpusat di Turki (bermazhab Sunni). Kondisi ini membuat Shalahuddin Al-Ayyubi merasa prihatin. Melalui serangkaian lobi, akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil menyatukan kedua kubu dengan damai.
Tantanga kedua, di mana Shalahuddin dihadapkan pada perilaku kaum Muslimin yang tampak loyo dan tak punya semangat jihad. Mereka dihinggapi penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Spirit perjuangan yang pernah dimiliki tokoh-tokoh terdahulu tak lagi membekas di hati.
Shalahuddin lantas menggagas sebuah festival yang diberi nama peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengkaji dan mendalami sirah nabawiyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai jihad. Tujuannya untuk menumbuhkan dan membangkitkan spirit perjuangan.
Festival ini berlangsung dua bulan berturut-turut. Hasilnya luar biasa. Banyak pemuda Muslim yang mendaftar untuk berjihad membebaskan Palestina. Mereka pun siap mengikuti pendidikan kemiliteran.
Shalahuddin berhasil menghimpun pasukan yang terdiri atas para pemuda dari berbagai negeri Islam
Dibawah kepemimpinan Shalahuddin, dan semangat jihad Ummat Islam, Pasukan ini kemudian berhasil mengalahkan Pasukan Salib di Hittin (dekat Acre, kini dikuasai Israel) pada 4 Juli 1187. Pasukan Kristen bahkan akhirnya terdesak dan terkurung di Baitul Maqdis.
Dua pemimpin tentara Perang Salib, Reynald dari Chatillon (Prancis) dan Raja Guy, dibawa ke hadapan Shalahuddin. Reynald akhirnya dijatuhi hukuman mati karena terbukti memimpin pembantaian yang sangat keji kepada orang-orang Islam. Namun Raja Guy dibebaskan karena tidak melakukan kekejaman yang serupa.
Tiga bulan setelah pertempuran Hittin, pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad diperjalankan dari Mekah ke Yerusalem dalam Isra’ mi’raj (bertepatan 2 Oktober 1187), pasukan Shalahuddin memasuki Baitul Maqdis. Kawasan ini akhirnya bisa direbut kembali oleh pasukan Islam setelah 88 tahun berada dalam cengkeraman musuh.
Sekarang bumi Palestina kembali dikuasai oleh musuh Allah, musuh ummat Islam. Baitul maqdis kembali jatuh di tangan para durjana yahudi al-maghdub. Kini bumi palestina menunggu pemimpin yang akan membebaskannya dari cengkraman manusia biadab. Bumi Palestina menunggu pemimpin yang akan membawanya kepada kehidupan yang baldatun tayyibah warabbun ghafur. Kehidupan yang damai, aman dan rukun. Tapi siapa sang pemimpin itu? Hanya Allahlah yang tahu, dan berkehendak untuk memilih hamba pilihanNya. Tetapi bercita-citalah untuk menjadi pemimpin pilihanNya, siapa tahu anda orangnya. bersambung

Tidak ada komentar :