Selasa, 06 Januari 2009

Puasa di Bulan Muharram (Jawaban )

Dalam penanggalan Qamariyah, yang kemudian menjadi acuan kalender Islam pada masa sahabat Umar bin Khattab, ada empat bulan yang dikategorikan sebagai bulan haram, yaitu ; bulan muharram, rajab, dzulqa’dah, dan dzulhijjah. Dikatakan bulan haram karena orang-orang Arab menjadikan sebagai bulan terlarang untuk berperang dan menumpahkan darah.

Muharram bulan untuk puasa
Disamping sebagai bualn haram untuk berperang, bulan muharram merupakan bulan di mana orang-orang Quraisy (Arab) dan Yahudi memuliannya dengan puasa di dalamnya. Rasulullah saw membenarkan puasa di bulan muharram ini bahkan menyabdakan bahwa Bulan muharram merupakan salah satu dari sebaik-baik bulan berpuasa (sunnat) setelah bulan ramadhan.
Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Al-Baehaqy dengan sanad keduanya dari Abu Huraerah berkata :

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ قَالَ الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ قِيلَ أَيُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ قَالَ شَهْرُ اللَّهِ الَّذِي تَدْعُونَهُ الْمُحَرَّمَ
Rasulullah saw pernah ditanya, shalat apa yang paling afdhal setelah shalat wajib, beliau bersabda : shalat pada pertengahan malam. Kemudian ditanya lagi, puasa apa yang paling afdhal setelah ramadhan? Beliau bersabda : puasa di bulan Allah yang mereka sebut muharram.

Puasa (sunnat) pada bulan muharram merupakan puasa yang dilasaksanakan pada hari ke-10 yang dikenal dengan puasa asyura. Rasulullah saw telah melaksanakan puasa asyura ketika beliau masih di Mekkah dan sebelum turunnya perintah puasa ramadhan. Disebutkan dalam sebuah hadits
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ هُوَ الْفَرِيضَةَ وَتُرِكَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Dari Aisyah istri Rasulullah saw berkata : hari asyura adalah hari di mana orang quraisy melaksanakan puasa pada masa jahiliyah. Dan Rasulullah saw melaksanakannya hingga pindah ke Madinah beliau tetap melaksanakan dan memerintahkannya. Namun tatkalah difardhukan puasa ramadhan, ditinggalkanlah puasa asyura, dengan membolehkan untuk berpuasa bagi yang mau. (H.R. Bukhary, Muslim, Malik, dan Ahmad bin Hanbal)

Ketika Rasulullah saw tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi juga melaksanakan puasa asyura, sehingga beliau mencari tahu asal usul orang yahudi berpuasa di hari tersebut. Selanjtnya beliau memerintahkan sahabatnya untuk melaksanakannya karena ummat Islam lebih berhak mengikuti millah Nabi Musa dari pada orang Yahudi.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Abdullah bin Abbas ra. Berkata : Nabi Saw datang ke Madinah dan melihat orang yahudi berpuasa pada hari asyura. Maka beliau berkata : apa ini? Mereka berkata ini adalah hari baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Nabi Musa as berpuasa. Nabi berkata : ”Aku lebih berhak terhadap (mengikuti) Musa as. dari kalian”, maka beliau berpuasa dan memerintahkan berpuasa. (H.R. Bukhary, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad bin hanbal)

Dari hadits di atas menggambarkan bahwa Rasulullah saw telah melaksanakan puasa ‘asyura sejak beliau masih di Mekkah, di mana merupakan puasa orang-orang quraisy. Kebiasaan beliau puasa ‘asyura berlanjut hingga ketika beliau telah hijrah ke Madinah. Bahkan setelah mendengar keterangan dari orang yahudi yang juga berpuasa ‘asyura, beliau mempertegas dalam titah perintah kepada sahabatnya untuk melaksanakan puasa ‘asyura.
Hingga akhirnya turun perintah puasa ramadhan, beliau meninggalkannya, namun tetap mempersilahkan kepada sahabatnya untuk berpuasa bagi yang mau dan tidak berpuasa bagi yang tidak mau.
Ketika sahabat diperintahkan berpuasa pada 10 muharram, mereka menyampaikan kepada Nabi saw bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani mengangungkan hari 10 muharram dan menjadikannya sebagai hari raya mereka. Di saat Rasulullah saw mengetahui perihal tersebut beliau menyabdakan keinginannya untuk berpuasa di tanggal 9 dari bulan muharram
عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata : ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari asyura dan memerintahkannya untuk puasa, mereka (para sahabat) berkata “wahai Rasulullah!, sesunggunya 10 muharram itu adalah hari yang diagungkan orang yahudi dan nashrani. Maka Rasulullah saw bersabda, “jika tahun depan insyaallah kita puasa pada hari kesembilan (bulan muharram). Namun belum sampai pada tahun berikutnya Rasulullah saw wafat (H.R. Muslim).

Niat Rasulullah saw untuk berpuasa pada tanggal 9 muharram yang tidak sempat ditunaikannya digolongkan oleh ulama hadits sebagai salah satu sunnah hammiyah.
Maksud dan tujuan Rasulullah untuk mengganti puasa asyura dari 10 muharram menjadi 9 muharram, untuk membedakan puasa orang yahudi, dan menghilangkan kesan pengakuan terhadap yahudi atau mengangungkan hari keagungan orang yahudi dan nasrani.

Hukum puasa Asyura.
Berdasarkan keterangan nash-nash hadits, mayoritas ulama mengategorikan puasa asyura sebagai salah satu puasa sunnat. Adapun pelaksanaannya ada tiga macam :
  • Pertama puasa pada tanggal 9 dan 10 muharram
  • Kedua, puasa pada tanggal 9, 10 dan 11 muharram, dan
  • Ketiga, puasa pada tanggal 10 muharram.
Namun perlu dipertegas bahwa puasa asyura (10 muharram) merupakan puasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw sebelum datangnya perintah puasa ramadhan. sedangkan puasa pada 9 muharram hanyalah hammiyah (cita-cita/rencana) beliau yang tidak sempat ditunaikan karena telah wafat.
Adapun hadits-hadits yang menyebutkan bahwa siapa yang meluaskan dirinya dan keluarganya dengan puasa di hari asyura, maka Allah akan melapangkannya selama satu tahunnya merupakan hadits yang lemah. Wallah ‘alam

Tidak ada komentar :