Selasa, 04 September 2012

Kemandirian Teologis

Dalam kehidupan kita, seringkali kita menghadapi banyak persoalan, dan permasalahan, mulai dari hal yang kecil hingga hal yang paling besar. Persoalan pribadi, keluarga, pekerjaan hingga persoalan dalam kehidupan social yang kita jalani. Permasalahan dan persoalan ini kemudian membawa kepada ketidak stabilan diri dan tidak mampu mengendalikannya dengan baik. Bahkan dampaknya bisa menyentuh persoalan kehidupan beragama. Kerap kali persoalan yang kita hadapi adalah persoalan duniawi tetapi berakibat buruk bagi kehidupan beragama, ibadah menjadi korban, kesalehan diri menurun drastic, bahkan keimanan yang terkikis. Maka muncullah kegalauan iman dan kegelisahan spiritual Kondisi-kondisi seperti ini sesungguhnya juga terjadi pada diri sahabat yang saat itu mereka masih bersama Nabi saw. sebab itulah, apabila mereka menghadapi menghadapi keadaan seperti itu, ketiga mereka diperhadapkan dengan was-was, keraguan, kegelisahan spiritual, mereka kemudian datang kepada Nabi meminta tetapi solusinya. Disebutkan dalam hadis, seorang sahabat Abu Amrah datang kepada Nabi saw, bertanya ya Rasulullah sampaikan kepadaku satu perkataan dalam Islam yang kemudian aku tidak akan bertanya lagi selain kepadamu, lalu nabi saw berkata; " katakana! Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamalah" Memang para sahabat berlomba untuk memperbaiki diri dan berlomba untuk mencapai yang terbaik dalam menjalankan ajaran Islam, mereka memegang prinsip kualitas diri dunia da di akhirat. Seperti sahabat al-Nu'man yang mungkin jadi masih ragu akan cara beragama mereka datang kepada Nabi bertanya; Ya Rasulallah bagaimana pendapat Rasulullah, jika aku sudah melaksanakan shalat wajib, berpuasa di bulan ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram apakah aku sudah bisa masuk surge? Nabi berkata iya. Suatu ketika Abu Hurairah datang kepada Nabi dan berkata ya Rasulallah, ajarkan kepadaku suatu amalan jika aku kerjakan, dapat memasukkanku ke dalam syurga dan menjauhkanku dari neraka, nabi berkata, "sebarkan salam, beri makan orang yang butuh, sambung tali silaturrahim dan bangunlah shalat pada saat orang sedang tidur maka kamu masuk syurga dengan selamat. Sekelompok sahabat dari kalangan fakir biskin datang kepada Nabi menyampaikan curhatnya " ya Rasulullah, saudara-saudara kami orang-orang kaya,di saat kami shalat mereka juga shalat, dikala kami puasa mereka juga puasa, tetapi mereka bersedekah dengan kelebihan hartanya. Apa yang tergambar dalam hadis-hadis di atas bahwa para sahabat Nabi jika mengalami kegelisahan-kegelisahan dan kegalauan spiritual maka ia akan datang kepada Nabi bertanya menjadi pelajaran bagi kita juga bahwa hendaknyalah, persoalan-persoalan yang kita hadapi diselesaikan dengan kembali kepada Rasulullah yakni dengan kembali kepada sunnah-sunnahnya. Salah satu wasiat Nabi ketika menghadapi persoalan dan permasalahan hidup terutama jika berkaitan dengan persoalan keimanan adalah membangun kemandirian teologis (istiqamah). Kemandirian teologis adalah keyakinan kita kepada Allah, sebagai pemberi solusi dari segala persoalan yang kita hadapi, lalu kemudian mampu bertahan di atas keyakinan itu, dalam kondisi dan situasi apa pun. Ketika menghadapi masalah, maka Allahlah tempat bergantung, kepada Allah menyandarkan segala urusan, kepada Allah berserah diri, kepada Allah bertawakkal, bahkan hidup dan mati kita semuanya ada di tangan Allah. Kemandirian telologis akan memberikan kekuatan spiritual sehingga tidak pernah merasah takut menghadapi persoalan sesulit apa pun yang dihadapi karena hanya kepada Allah bergantung dan meminta, serta tidak akan pernah dilandah kesedihan karena senantiasa khusyu berhubungan dengan Allah. Kemandirian teologis akan memberikan semangat hidup untuk mencapai yang terbaik dan memberi kebaikan kepada siapa pun, menyemaikan rahmat dan kasih sayang. Dengan kemandirian teologis kita bisa bertahan hidup di atas kebenaran dalam kondisi dan situasi apa pun yang dihadapi